Rabu, 14 Juli 2010

kisah karamah para sahabat rasulullah SAW

Terdapat banyak kisah-kisah karamah Para sahabat, disini aku paparkan beberapa kisah karamah sahabt2 yang utama. Untuk mengetahui kisah-kisah karamah Para-para sahabt yang lain sila lawati site link yang aku rujuk di bawah ini.
Karamah Para Sahabat Rasulullah

Karamah Say Abu Bakar as siddiq ra

'Abdurrahman bin Abu Bakar r.a. menceritakan bahwa ayahnya datang bersama tiga orang tamu hendak pergi makan malam dengan Nabi Saw. Kemudian mereka datang setelah lewat malam. Istri Abu Bakar bertanya, "Apa yang bisa kau suguhkan untuk tamumu?" Abu Bakar balik bertanya, "Apa yang kau miliki untuk menjamu makan malam mereka?" Sang istri menjawab, 'Aku telah bersiap-siap menunggu engkau datang." Abu Bakar berkata, "Demi Allah, aku tidak akan bisa menjamu mereka selamanya." Abu Bakar mempersilakan para tamunya makan. Salah seorang tamunya berujar, "Demi Allah, setiap kami mengambil sesuap makanan, makanan itu menjadi bertambah banyak. Kami merasa kenyang, tetapi makanan itu malah menjadi lebih banyak dari sebelumnya."

Abu Bakar melihat makanan itu tetap seperti semula, bahkan jadi lebih banyak, lalu dia bertanya kepada istrinya, "Hai ukhti Bani Firas, apa yang terjadi?" Sang istri menjawab, "Mataku tidak salah melihat, makanan ini menjadi tiga kali lebih banyak dari sebelumnya." Abu Bakar menyantap makanan itu, lalu berkata, "Ini pasti ulah setan." Akhirnya Abu Bakar membawa makanan itu kepada Rasulullah Saw dan meletakkannya di hadapan beliau. Pada waktu itu, sedang ada pertemuan antara katun muslimin dan satu kaum. Mereka dibagi menjadi 12 kelompok, hanya Allah Yang Maha Tahu berapa jumlah keseluruhan hadirin. Beliau menyuruh mereka menikmati makanan itu, dan mereka semua menikmati makanan yang dibawa Abu Bakar. (HR Bukhari dan Muslim)

Karamah Say Umar Al Khatab ra

Dalam kitab Riyadh al-Shalihin, Imam Nawawi mengemukakan bahwa Abdullah bin `Umar r.a. berkata, "Setiap kali `Umar mengatakan sesuatu yang menurut prasangkaku begini, pasti prasangkanya itu yang benar."

Saya tidak mengemukakan riwayat dari Ibnu `Umar tersebut dalam kitab Hujjatullah 'ala al-'Alamin. Kisah tentang Sariyah dan sungai Nil yang sangat terkenal juga disebutkan dalam kitab Thabaqat al-Munawi al-Kubra. Dalam kitab tersebut juga dikemukakan karamah 'Umar yang lainnya yaitu ketika ada orang yang bercerita dusta kepadanya, lalu `Umar menyuruh orang itu diam. Orang itu bercerita lagi kepada `Umar, lalu Umar menyuruhnya diam. Kemudian orang itu berkata, "Setiap kali aku berdusta kepadamu, niscaya engkau menyuruhku diam."

Karamah Say Usman b. Affan ra

Ibnu `Umar r.a. menceritakan bahwa Jahjah al-Ghifari mendekati 'Utsman r.a. yang sedang berada di atas mimbar. Jahjah merebut tongkat 'Utsman, lalu mematahkannya. Belum lewat setahun, Allah menimpakan penyakit yang menggerogoti tangan Jahjah, hingga merenggut kematiannya. (Riwayat Al-Barudi dan Ibnu Sakan)

Dalam riwayat lain dikisahkan bahwa Jahjah al-Ghifari mendekati `Utsman yang sedang berkhutbah, merebut tongkat dari tangan `Utsman, dan meletakkan di atas lututnya, lalu mematahkannya. Orang-orang menjerit. Allah lalu menimpakan penyakit pada lutut Jahjah dan tidak sampai setahun ia meninggal. (Riwayat Ibnu Sakan dari Falih bin Sulaiman yang saya kemukakan dalam kitab Hujjatullah `ala al-Alamin)

Karamah Imam 'Ali b. Abu Tholib kw

Sid bin Musayyab menceritakan bahwa ia dan para sahabat menziarahi makam-makam di Madinah bersama `Ali. All lalu berseru, "Wahai para penghuni kubur, semoga dan rahmat dari Allah senantiasa tercurah kepada kalian, beritahukanlah keadaan kalian kepada kami atau kami akan memberitahukan keadaan kami kepada kalian." Lalu terdengar jawaban, "Semoga keselamatan, rahmat, dan berkah dari Allah senantiasa tercurah untukmu, wahai amirul mukminin. Kabarkan kepada kami tentang hal-hal yang terjadi setelah kami." All berkata, "Istri-istri kalian sudah menikah lagi, kekayaan kalian sudah dibagi, anak-anak kalian berkumpul dalam kelompok anak-anak yatim, bangunan-bangunan yang kalian dirikan sudah ditempati musuh-musuh kalian. Inilah kabar dari kami, lalu bagaimana kabar kalian?" Salah satu mayat menjawab, "Kain kafan telah koyak, rambut telah rontok, kulit mengelupas, biji mata terlepas di atas pipi, hidung mengalirkan darah dan nanah. Kami mendapatkan pahala atas kebaikan yang kami lakukan dan mendapatkan kerugian atas kewajiban yang yang kami tinggalkan. Kami bertanggung jawab atas perbuatan kami." (Riwayat Al-Baihagi)

Ibu Sebagai wakil dan wali Allah

Di akhir zaman ini adalah lagi semakin sukar untuk mengenal wali Allah. Walau bagaimana pun atas pandangan salah seorang guruku aku bukakan satu petunjuk siapakah wali bagi diri kamu itu. Bagi mereka yang masih mempunyai ibu dan ayah sesungguhnya masih berkesempatan buat mengenal siapa wali kamu. Bagi seorang muslimah ayah kamu itulah wali kamu yang paling hampir. Bagi seseorang muslim sesungguhnya ibu kamu itulah wali bagimu.

Perhatikan bagaimana kamu perlakukan terhadap ibumu, sebab ibumu yang mengetahui rahsia dirimu dan asal terjadinya kamu. Ibumu lah yang mula2 memegang amanah dirimu semasa kamu masih didalam kandungan rahimnya. Itulah alam asal tubuhmu di atas muka bumi ini. Dan itulah tempat permulaan pengembaraanmu ke alam basyariah. Itulah tempat permulaan ditiupkan ruhmu dan permulaan kamu bergerak dan diam. Permulaan di azankan kamu , permulaan solat menangisnya kamu, permulaan menerima rezeki di atas muka bumi alam insan . Apakah mungkin kamu menderhakai ibumu itu? Ibumu yang mula-mula menjadi guru zahirmu. Ibumu juga yang mula mengajar kamu tentang kasih sayang.

Jangan kamu mencari wali yang kamu tidak kenal tanpa mengenali ibumu sebagai wali dan wakil Allah di atas muka bumi ini. " Wakafa billahiwakiila ..." Dan Cukuplah Allah sebagai wakil bagimu dan DIA telah melantik ibumu sebagai wakilNYA di alam insan. Ketahuilah rahsia kewalian ibumu. Jangan kamu menderhakai dan mengingkari akan hal ini. Kelak kamu akan tersesat dari jalan kembali.
Setinggi2 martabat Nabi dan Rasul , setinggi martabat wali dan seluruh aulia mereka tetap meletakkan martabat seorang ibu melebihi martabat mereka sendiri. Allah tidak menjadikan wanita sebagai Nabi dan Rasul akan tetapi Allah sendiri telah meletakkan martabat seorang ibu dengan kedudukan yang sangat tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar